Wisudawan Berprestasi dengan Hafalan 30 Juz

     Ahmad Shodiq, salah satu wisudawan penerima penghargaan hafidz qur’an pada Wisuda Ke—46 Universitas Muhammadiyah Jember. Lelaki yang berasal dari Program Studi Ilmu Komunikasi Unmuh Jember berhasil menjadi hafidz dengan hafalan 30 juz.

     Mahasiswa dengan nama panggilan Diqi tersebut memiliki sejarah yang cukup unik saat menceritakan kisahnya. Pasalnya, Diqi memulai menghafal Al-Qur’an sejak ia menduduki bangku kelas tiga MTs. Motivasi terbesar saya berasal dari kedua orang tua, ungkapnya.

     Hingga saat ini Diqi berkesibukan menjaga hafalan yang saat ini menjadi tantangan buat dirinya. Selain itu, menurutnya, tantangan menjadi seorang Hafidz Qur’an ialah bagaimana menjaga hafalan di tengah-tengah masa perkuliahan.

     Terkadang ajakan nongkrong bareng atau mengerjakan tugas bareng acapkali ia tolak. Hal tersebut ia lakukan bukan lantaran karena sombong atau tidak mau bergaul dengan kawan lain melainkan ia harus patuh pada pembagian waktu atas dirinya sendiri antara belajar dan hafalan. “Saya juga tidak ingin dipandang luar biasa, saya juga bukan seorang yang mau dipandang tinggi.”

     Diqi bergabung ke asrama hafidz qur’an untuk mendalami hafalannya sejak 2018, empat tahun silam.  Awal kisah hafidznya, Ia melanjutkan perjuangan dari kakaknya untuk mendirikan Lembaga tahfidz di pondok pesantren Nurut Taqwa Bondowoso sejak dirinya bersekolah di MTs. Saat kakaknya lulus, Diqi mulai betah mengikuti hafalan yang ia ikuti. Lembaga Tahfidz tersebut saat ini sudah berhasil memberikan penghargaan kepada hafidz-hafidzoh berupa umroh tiap tahunnya.

     “Waktu itu hanya Juz 30 yang dihafal, setelah dicoba Alhamdulillah kok nyaman lalu coba disetorkan kemudian dilanjutkan Juz yang lain.”

     Diqi mulai dikenal sebagai hafidz qur’an saat ia diminta untuk menjadi Qori’. Ia kerap dimintai tolong oleh dosen-dosen untuk membacakan kalam ilahi pada perhelatan acara-acara besar seperti seminar. Pencapaiannya sebagai wisudawan hafidz al quran masih berasa mimpi baginya. Karena ia sempat berfikir pesimis untuk bisa menyandang sebagai salah satu mahasiswa berprestasi dalam kategori tahfidz.

Search