Previous Next

Alumni Unmuh Jember Bagikan Pengalaman Seorang Fighter Mom di Dunia Enginer Teknik Sipil

Sebagai seorang ibu, istri, dan seorang profesional di dunia teknik sipil khusunya pada bidang infrastruktur jalan dan jembatan, Wahyu Aprilia, S.T., alumni Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember), telah menjadi contoh yang  sempurna dari perjuangan emansipasi wanita di tempat kerja. Dalam peringatan Hari Kartini di tahun 2024 ini, wanita pekerja keras yang akrab dipanggil dengan nama Lia beberkan bagaimana kesetaraan gender dapat diwujudkan melalui dedikasi dan kerja kerasnya selama bekerja.

Emansipasi wanita, menurut Lia, tidak hanya tentang memperjuangkan hak-hak yang sama, tetapi juga tentang memberikan kesempatan bagi wanita untuk meraih kesuksesan tanpa hambatan gender. Sebagai seorang engineer pada bidang infrastruktur jalan dan jembatan, dia telah menghadapi berbagai tantangan di tempat kerja yang mayoritas diisi oleh rekan pria. Namun, dia tidak pernah gentar. Baginya, tidak ada perbedaan antara dirinya dan rekan pria dalam memasuki proyek-proyek besar atau menanggung tekanan kerja.

"Atmosfer di tempat kerja, meskipun mayoritas diisi oleh laki-laki, tidak mengintimidasi saya. Saya menganggap diri saya setara dengan mereka," ujarnya.

Lia menceritakan bagaimana sebagai satu-satunya wanita di proyek-proyek tersebut, dia seringkali dihadapkan pada beban dan tanggung jawab yang sama. Dia tak segan untuk lembur bahkan hingga larut malam, membuktikan bahwa kesetaraan sejati dalam dunia kerja bukanlah sekadar retorika, tetapi praktek nyata.

"Sebagai satu-satunya wanita di tempat proyek, beban dan tanggung jawab yang diberikan ya sama, kalau ada salah ya benerin sendiri, lembur sampai pagi, bener-bener setara tidak memandang aku perempuan dan anak muda yang baru kerja tujuh tahun, sedangkan kebanyakan dari mereka sudah berpuluhan tahun," tegasnya.

Namun, tidak selalu mudah bagi Lia untuk mendapat pengakuan yang seharusnya. Terkadang, dia merasa sungkan untuk berhadapan dengan rekan-rekan laki-laki yang lebih tua. Namun, dengan waktu, mereka menerima Lia sebagai seorang profesional yang kompeten, bukan sekadar seorang wanita atau seorang anak muda yang baru saja memulai karirnya.

"Tantangan terbesar yang saya hadapi adalah pesatnya perkembangan zaman dan era digitalisasi. Wanita harus siap memperbarui diri mereka, meningkatkan kompetensi, dan sebagai muslim harus menjaga iman serta taqwa," ungkapnya.

Selain itu, sebagai seorang istri Lia juga mengaku bahwa memilih sebagai wanita berkarir harus mendapatkan restu dari seorang suami.

"Memilih sebagai Wanita yang berkarir tentunya ada keputusan besar yang harus diambil mengingat posisi saya sebagai seorang istri, pasti yang paling utama ialah restu suami," tuturnya.

Meskipun menghadapi berbagai rintangan, Lia yakin bahwa dengan tekad yang kuat dan semangat yang tidak pernah padam, wanita dapat mengatasi segala hambatan di dunia kerja. Sebagai seorang "fighter mom" dan seorang insinyur, Wahyu Aprilia, S.T., kisahnya kesehariannya bisa menjadi contoh bagi banyak wanita yang ingin mengejar karir dalam dunia kerja.

Search