Ibu Sebagai Madrasah Utama Bagi Anak

     Peran seorang ibu memang kodratnya wanita tapi pengetahuan menjadi ibu harus dipelajari. Jadi ndak bisa secara otomatis kita bisa menjadi ibu yang baik, ungkap Nikmatur Rohmah. Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jember barusaja menyelesaikan program doktoral dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya setelah meneliti tentang perawatan BBLR di rumah sakit. Dengan judul disertasi ‘Pengembangan Model Pengambilan Keputusan Bersama Perawat dan Orang Tua dalam Merawat Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit’.

     Penelitian fokus tentang perawatan BBLR yang tepat saat di rumah sakit. Dilansir dari alodokter.com, Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram. Ada tiga tempat penelitian yang diambil yakni RSUD dr. Soebandi Jember, RSUD dr. Koesnadi Bondowoso, dan RSUD dr. Abdurrahim Situbondo. Ketiga kabupaten tersebut yang menduduki ranking teratas tingkat BBLR di Jawa Timur. “Ranking 1 oleh Kabupaten Situbondo.” ungkap Nikma, sapaan akrabnya.

     Dari data tersebut, tujuan dari penelitian ini untuk mencapai perawatan BBLR agar lebih baik. Untuk bayi BBLR perlu dilakukan penanganan perawatan yaitu dengan pemberian ASI, pemberian sentuhan, pemberian stimulasi suara, dan perawatan metode kanguru. Menurut Nikmah, perawatan menyusui selama bayi di RS angkanya masih rendah apalagi ketika kondisi ibu masih sangat belia. Peran perawat pada model ini sangatlah besar karena memperhatikan masalah pada bayi dan ibu secara menyeluruh. Perawat tak hanya meminta ibu memberikan ASI namun juga memberikan edukasi betapa pentingnya peran ASI bagi bayi. “Jika model ini bisa diterapkan secara efektif harapannya pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dicapai secara optimal.” Bagi Nikmah, ruangan menyusui bagaikan ruangan jihadnya para ibu. Disanalah madrasah pertama bagi para ibu dalam mempelajari perannya dengan tugas pertama yaitu menyusui bayinya.

     “Di ruang menyusui itu kita bisa merasakan situasi ibu yang sedang capek, aroma ASI, bercampur dengan aroma ibu nifas.” jelas Nikmah. Al quran pun telah dipaparkan dengan jelas perkara menyusui ini dalam QS Al Baqarah: 233 yang artinya, “Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

     Selama mengerjakan disertasi, Nikmah mengaku tak memiliki kendala berarti karena mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik dari Universitas Airlangga Surabaya tempat studi, Universitas Muhammadiyah Jember tempat mengabdi dan pihak rumah sakit tempat penelitian dan responden beserta keluarganya. Termasuk dukungan yang sangat berarti dari LPDP BUDI DN yeng telah memberikan beasiswa dan biaya penelitian. Terakhir, Nikmah berpesan bahwa kita harus lebih peduli kepada sekitar karena masih banyak ibu yang butuh bantuan kita dalam memahami peran sebagai seorang ibu. “Apalagi sebagai akademisi di bidang kesehatan, kita mempunyai tanggung jawab untuk itu.” tutup Nikmah.

Search